Kebanyakan dari orang yang telah bergabung dengan pergerakan ini meninggalkanya dengan kekecewaan yang dalam. Namun, sedikit dari antaranya kembali ke Alkitab mereka untuk mencari tahu mengapa mereka harus mengalami kekecewaan. Segera mereka menyadari bahwa tanggal 22 Oktober 1844 sebenarnya adalah tanggal tepat, tetapi ternyata Miller telah meramalkan peristiwa yang salah untuk tanggal itu. Mereka yakin bahwa nubuatan Alkitab tidak meramalkan bahwa Yesus akan datang kembali ke dunia pada tahun 1844, tetapi bahwa pada saat itu, Yesus akan memulai satu pelayanan khusus di surga bagi umat manusia.
Kelompok kecil "orang-orang yang menunggu kedatangan Yesus" ini mulai bertumbuh terutama di negara bagian New England, Amerika Serikat, dimana pergerakan Miller telah dimulai. Dari kelompok kecil ini, yang menolak untuk menyerah sesudah "Kekecewaan Besar" muncul beberapa pemimpin yang mendirikan dasar dari apa yang kemudian dikenal dengan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. Ellen G. White, seorang yang masih sangat muda pada waktu terjadinya "Kekecewaan Besar," bertumbuh menjadi seorang penulis, pembicara dan administrator yang berbakat, yang menjadi seorang penasihat rohani bagi Gereja Advent selama tujuh puluh tahun sampai kematiannya pada tahun 1915. Orang Advent yang mula-mula percaya seperti yang dimiliki orang Advent sekarang ini bahwa Ellen G. White menerima tuntunan khusus Tuhan sementara dia menulis nasihat-nasihatnya untuk perkumpulan orang percaya yang sedang bertumbuh itu.
Negara bukan Kristen Protestan pertama yang dimasuki adalah Rusia, saat seorang pendeta Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh pergi pada tahun 1886. Pada tanggal 20 Oktober 1890, sebuah kapal bernama Pitcairn diluncurkan dari galangan kapal di San Fransisco dan segera digunakan membawa beberapa misionari ke Kepulauan Pasifik. Para pekerja Masehi Advent Hari Ketujuh pertama kali memasuki negara-negara bukan Kristen pada tahun 1894 - Ghana, Afrika Barat, dan Matabeleland, Afrika Selatan. Pada tahun yang sama pekerja-pekerja misionari memasuki Amerika Selatan, dan pada tahun 1896 sudah ada perwakilan di Jepang. Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh sekarang ini telah mendirikan pekerjaannya di 209 negara.
Di pulau Jawa, Adventisme pertama kali disebarkan di Surabaya tahun 1906 oleh "Sister" Petra Tunheim, seorang misionaris dari Australia. Pada tahun 1912, Gereja-gereja Advent yang pertama di Indonesia dibentuk di Sumberwekas, Jawa Timur dan di Kramat Pulo, Jakarta Pusat. Sister Tunheim menjadi penyelia pengabar penginjil di Jawa Barat. Pada masa itu, pemerintah Belanda masih melarang pengabar penginjil ganda, sehingga upaya membuka pusat misi di Sukabumi dan di Bandung gagal. Tahun 1910 diterbitkan sebuah majalah bernama Oetoesan Kebenaran Melajoe atas usaha Sim Gee Nio, seorang penginjil dari Singapura. Majalah itu kemudian tahun 1917 berganti nama menjadi Pertandaan Zaman. Gereja Advent masuk ke Minahasa tahun 1921 dengan dibaptisnya Samuel Rantung dan seorang pemuda Sunda bemama M.E. Diredja, ke Maluku tahun 1922 dengan dibaptisnya P. Pietersz, seorang mantan tentara asal Saparua yang telah menjadi guru Injil Advent di Jawa, ke Tapanuli tahun 1921, ke Lampung tahun 1926, dan Kalimantan. [2]
Pertumbuhan Gereja Advent di Indonesia maju pesat, sehingga pada tahun 1929 wilayah itu dilepaskan dari Malayan Union (Uni Malaka) dan menjadi "Union" tersendiri. Pada tahun itu juga dibuka Sekolah Pendidikan di Cimindi, Bandung, guna mendidik penginjil-penginjil. Pada masa itu jumlah pengikut Advent di Indonesia sudah hampir 3.000 orang. Mereka kebanyakan adalah orang yang sebelumnya sudah masuk Kristen, dari golongan Tionghoa, Indo-Eropa, dan dari suku-suku yang sudah dikristenkan, seperti Batak, Minahasa, dan Ambon.
Dalam tahun 1930- an, pemerintah Hindia Belanda tidak menghalangi lagi pekerjaan Adventis. Pada masa Perang Dunia II, para misionaris dari luar negeri, seperti dari Jerman, Belanda, dan Amerika Serikat, mengalami kesulitan yang serupa dengan yang dialami gereja-gereja lain; di antara misionaris luar negeri itu ada yang meninggal dalam kamp tahanan.