Pendidikan Agama Kristen Advent

Pendidikan Kristen itu adalah Pendidikan Yang Alkitabiah.

“Karena Allah merupakan sumber segala pengetahuan yang benar…Kitab Suci adalah standar sempurna kebenaran …oleh sebab itu harus diberi tempat tertinggi dalam pendidikan.”Mari kita renungkan, apakah sekolah tempat kita menyekolahkan anak-anak kita adalah merupakan sekolah yang mengutamakan “Alkitab”? - Ny. White menuliskan dalam buku Pendidikan, halaman 16

Pendidikan Kristen adalah Pendidikan Yang Seimbang.

Berbeda dengan pendidikan lainnya, pendidikan Kristen itu berusaha untuk mendidik orang-orang muda secara seimbang dalam 3H yakni head, hand and heart. Ellen White mengatakan: “Pembangunan tabiat merupakan tugas terpenting yang pernah dipercayakan kepada manusia.” Sekolah mana yang menyadari hal ini? - (Education, p. 225)

Pendidikan Kristen adalah merupakan Pendidikan yang Praktis.

Di sekolah Kristen anak-anak dididik untuk taat, berdisiplin, tahu menghargai waktu, mau bekerja dengan tangan, ulet, rajin, jujur, setia dalam melakukan pekerjaan, yang semuanya ini bertujuan untuk membangun mereka menjadi manusia yang praktis, berdayaguna, elegan dan dapat dipercaya. Tersedianya lapangan pekerjaan bagi para pelajar dan mahasiswa di lembaga pendidikan Kristen seperti di SLA Purwodadi adalah merupakan respons terhadap apa yang Ellen White sebutkan - dalam buku Education, halaman 225

Pendidikan Kristen mengajarkan Kepada Anak Didiknya Bersosial.

Kehidupan sosial di sekolah-sekolah Kristen dibuat merupakan aplikasi dari tulisan Ellen White , “pendidikan itu mencakup segenap lingkungan kewajiban, terhadap diri sendiri, terhadap dunia, terhadap Allah.” Di sekolah mana lagi kita menemukan hal seperti ini, kecuali di sekolah Kristen. - dalam buku Pendidikan, halaman 225

Pendidikan Kristen adalah merupakan Pendidikan Missionaris.

Sebagai lembaga Pendidikan Kristen, sekolah kita menyadari eksistensinya di dunia ini bukan seperti sekolah-sekolah lain. Keberadaan sekolah Kristen ialah dengan maksud agar para pelajar dan mahasiswanya dapat menjadi jembatan penghubung antara manusia dengan Allah. Pendidikan Kristen adalah merupakan sekolah missionaris. Ellen White menuliskan: “Setiap murid yang sejati dilahirkan ke dalam kerajaan Allah sebagai seorang missionaris.” - dalam buku Kerinduan Segala Zaman, jilid I halaman 175

Pendidikan Kristen adalah merupakan Pendidikan Missionaris.

Dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler di sekolah kita para pelajar dilatih untuk menjadi missionaris, mereka diajak untuk mengadakan perlawatan, penginjilan ke penjara dan melakukan pekerjaan missionaris yang lainnya. Karena sekolah kita sangat meyakini sepenuhnya bahwa: “Pendidikan bukan hanya mempengaruhi hidup kita saat ini, tetapi juga mempengaruhi kehidupan kita sampai kepada kekekalan.” - (Baca CT 90)

Pendidikan Kristen adalah merupakan Pendidikan Missionaris.

Ny. White berkata: “Sekolah-sekolah kita menjalankan peraturan yang lebih tinggi, di mana tidak terjadi bentuk-bentuk ketidaksetiaan. Para murid harus dididik dalam hal Kekristenan yang praktis dan Alkitab haruslah dijunjung tinggi sebagai buku pelajaran yang paling penting.” - Fundamental of Education, halaman 231

Welcome to our EDUCATION

Kisah Rasul-rasul 2:38, 39. Ini tentu menjamin adanya pekerjaan Roh Kudus di dalam gereja, di dalam kenyataan-kenyataan yang istimewa, pada masa mendatang selama rahmat Kristus masih mengundang manusia untuk menerima kasih yang mengampuni itu. Dua puluh delapan tahun kemudian di dalam suratnya kepada orang-orang di Korinti, Paulus membentangkan kepada gereja itu tentang persoalan ini. Ia berkata, “Adapun akan hal segala karunia yang rohani, hai saudara-saudaraku, tiada aku suka kamu tiada mengetahui” —begitu penting hal ini sehingga ia merasa bahwa itu harus dimengerti oleh gereja Kristen. Setelah menyatakan bahwa sekalipun Roh itu satu Ia bekerja dalam berbagai macam cara dan menjelaskan cara-cara yang berbeda itu, ia memberikan gambaran dengan menyebutkan tentang tub uh manusia, dengan berbagai macam anggota-anggotanya untuk menunjukkan bagaimana gereja itu terdiri dari berbagai macam pekerjaan dan karunia. Dan sebagaimana tubuh itu mempunyai anggota-anggota tubuh yang berbeda-beda, masing-masing mempunyai tugas tersendiri untuk dilaksanakannya, dan semuanya itu bekerja bersama-sama dengan satu tujuan sehingga terjadilah satu keselarasan, begitu juga Roh itu bekerja melalui saluran yang berbedabeda di dalam gereja sehingga terbentuklah satu tubuh agama yang sempurna. Paulus kemudian melanjutkan dengan kata-kata seperti berikut ini: “Maka Allah telah menetapkan beberapa orang di dalam sidang jumaat, pertamatama rasul-rasul, kedua nabi-nabi, ketiga guru-guru, kemudian mujizat, kemudian pula kuasa menyembuhkan orang, pertolongan, pemerintahan, dan jenis-jenis karunia lidah.” {PB1 12.2}.
SELAMAT DATANG DI KAMPUS SLAPUR - See more at: http://www.seoterpadu.com/2013/07/cara-membuat-tulisan-berjalan-marquee.html#sthash.A7IzSU3m.dpuf

Sabtu, 14 April 2018

Dunia Komunikasi

Dunia Komunikasi dan Gadget: Evolusi alat Komunikasi, Menjelajah Jarak ...    ! Klik

Trik Juara Mengatur Waktu

Trik Juara Mengatur Waktu tidak bersama gadget   ! Klik

Kamis, 12 April 2018

UJI VALIDITAS KUISIONER



Validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrumen dalam mengukur apa yang ingin dukur. Dalam pengujian instrumen pengumpulan data, validitas bisa dibedakan menjadi validitas faktor dan validitas item. Validitas faktor diukur bila item yang disusun menggunakan lebih dari satu faktor (antara faktor satu dengan yang lain ada kesamaan). Pengukuran validitas faktor ini dengan cara mengkorelasikan antara skor faktor (penjumlahan item dalam satu faktor) dengan skor total faktor (total keseluruhan faktor), sedangkan pengukuran validitas item dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor total item.
Pada pembahasan ini akan dibahas untuk metode pengujian validitas item. Validitas item ditunjukkan dengan adanya korelasi atau dukungan terhadap item total (skor total), perhitungan dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor total item. Bila kita menggunakan lebih dari satu faktor berarti pengujian validitas item dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor faktor, kemudian dilanjutkan mengkorelasikan antara skor item dengan skor total faktor (penjumlahan dari beberapa faktor). Dari hasil perhitungan korelasi akan didapat suatu koefisien korelasi yang digunakan untuk mengukur tingkat validitas suatu item dan untuk menentukan apakah suatu item layak digunakan atau tidak. Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan, biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05, artinya suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total. Atau jika melakukan penilaian langsung terhadap koefisien korelasi, bisa digunakan batas nilai minimal korelasi 0,30. Menurut Azwar (1999) semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Tetapi Azwar mengatakan bahwa bila jumlah item belum mencukupi kita bisa menurunkan sedikit batas kriteria 0,30 menjadi 0,25 tetapi menurunkan batas kriteria di bawah 0,20 sangat tidak disarankan. Untuk pembahasan ini dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi dengan kriteria menggunakan r kritis pada taraf signifikansi 0,05 (signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian)
Pada program SPSS teknik pengujian yang sering digunakan para peneliti untuk uji validitas adalah menggunakan korelasi Bivariate Pearson (Produk Momen Pearson) dan Corrected Item-Total Correlation. Masing-masing teknik perhitungan korelasi akan dibahas sebagai berikut:
1.   Bivariate Pearson (Korelasi Produk Momen Pearson)
Analisis ini dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total. Skor total adalah penjumlahan dari keseluruhan item. Item-item pertanyaan yang berkorelasi signifikan dengan skor total menunjukkan item-item tersebut mampu memberikan dukungan dalam mengungkap apa yang ingin diungkap.
Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
-         Jika r hitung > r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).
-     Jika r hitung < r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) atau r hitung negatif, maka instrumen atau item-item pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid).

Contoh Kasus:
            Seorang mahasiswa bernama Andi melakukan penelitian dengan menggunakan skala untuk mengetahui atau mengungkap prestasi belajar seseorang. Andi membuat 10 butir pertanyaan dengan menggunakan skala Likert, yaitu angka 1 = Sangat tidak setuju, 2 = Tidak setuju, 3 = Setuju dan 4 = Sangat Setuju. Setelah membagikan skala kepada 12 responden didapatlah tabulasi data-data sebagai berikut:
                           Tabel 1. Tabulasi Data (Data Fiktif)
Subjek
Skor Item
Skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Total
1
3
4
3
4
4
3
3
3
3
3
33
2
4
3
3
4
3
3
3
3
3
3
32
3
2
2
1
3
2
2
3
1
2
3
21
4
3
4
4
3
3
3
4
3
3
4
34
5
3
4
3
3
3
4
3
4
4
3
34
6
3
2
4
4
3
4
4
3
4
4
35
7
2
3
3
4
4
4
3
4
3
2
32
8
1
2
2
1
2
2
1
3
4
3
21
9
4
2
3
3
4
2
1
1
4
4
28
10
3
3
3
4
4
4
4
4
3
3
35
11
4
4
3
4
4
3
4
4
4
2
36
12
3
2
1
2
3
1
1
2
3
3
21
Langkah-langkah dengan program SPSS
Ø  Masuk program SPSS
Ø  Klik variable view pada SPSS data editor
Ø  Pada kolom Name ketik item1 sampai item10, kemudian terakhir ketikkan skortot (skor total didapat dari penjumlahan item1 sampai item10)
Ø  Pada kolom Decimals angka ganti menjadi 0 untuk seluruh item
Ø  Untuk kolom-kolom lainnya boleh dihiraukan (isian default)
Ø  Buka data view pada SPSS data editor
Ø  Ketikkan data sesuai dengan variabelnya, untuk skortot ketikkan total skornya.
Ø  Klik Analyze - Correlate - Bivariate
Ø  Klik semua variabel dan masukkan ke kotak variables
Ø  Klik OK. Hasil output yang diperoleh dapat diringkas sebagai berikut:

                        Tabel. Hasil Analisis  Bivariate Pearson

Dari hasil analisis didapat nilai korelasi antara skor item dengan skor total. Nilai ini kemudian kita bandingkan dengan nilai r tabel, r tabel dicari pada signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi dan jumlah data (n) = 12, maka didapat r tabel sebesar 0,576 (lihat pada lampiran tabel r).
Berdasarkan hasil analisis di dapat nilai korelasi untuk item 1, 9 dan 10 nilai kurang dari 0,576. Karena koefisien korelasi pada item 1, 9 dan 10 nilainya kurang dari 0,576 maka dapat disimpulkan bahwa item-item tersebut tidak berkorelasi signifikan dengan skor total (dinyatakan tidak valid) sehingga harus dikeluarkan atau diperbaiki. Sedangkan pada item-item lainnya nilainya lebih dari 0,576 dan dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut valid.

2.   Corrected Item-Total Correlation
Analisis ini dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total dan melakukan koreksi terhadap nilai koefisien korelasi yang overestimasi. Hal ini dikarenakan agar tidak terjadi koefisien item total yang overestimasi (estimasi nilai yang lebih tinggi dari yang sebenarnya). Atau dengan cara lain, analisis ini menghitung korelasi tiap item dengan skor total (teknik bivariate pearson), tetapi skor total disini tidak termasuk skor item yang akan dihitung. Sebagai contoh pada kasus di atas kita akan menghitung item 1 dengan skor total, berarti skor total didapat dari penjumlahan skor item 2 sampai item 10. Perhitungan teknik ini cocok digunakan pada skala yang menggunakan item pertanyaan yang sedikit, karena pada item yang jumlahnya banyak penggunaan korelasi bivariate (tanpa koreksi) efek overestimasi yang dihasilkan tidak terlalu besar.
Menurut Azwar (2007) agar kita memperoleh informasi yang lebih akurat mengenai korelasi antara item dengan tes diperlukan suatu rumusan koreksi terhadap efek spurious overlap
Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
-     Jika r hitung > r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).
-     Jika r hitung < tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) atau r hitung negatif, maka instrumen atau item-item pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid).
Sebagai contoh kasus kita menggunakan contoh kasus dan data-data pada analisis produk momen di atas.
Langkah-langkah pada program SPSS
Ø  Masuk program SPSS
Ø  Klik variable view pada SPSS data editor
Ø  Pada kolom Name ketik item1 sampai item 10
Ø  Pada kolom Decimals angka ganti menjadi 0 untuk seluruh item
Ø  Untuk kolom-kolom lainnya boleh dihiraukan (isian default)
Ø  Buka data view pada SPSS data editor
Ø  Ketikkan data sesuai dengan variabelnya,
Ø  Klik Analyze - Scale – Reliability Analysis
Ø  Klik semua variabel dan masukkan ke kotak items
Ø  Klik Statistics, pada Descriptives for klik scale if item deleted
Ø  Klik continue, kemudian klik OK, hasil output yang didapat adalah sebagai berikut:
Tabel. Hasil Analisis Validitas Item dengan
Teknik Corrected Item-Total Correlation
         R E L I A B I L I T Y  A N A L Y S I S  -  S C A L E (A L P H A)
Item-total Statistics
                       Scale            Scale       Corrected
                      Mean         Variance       Item-          Alpha
                     if Item          if Item         Total           if Item
                    Deleted        Deleted    Correlation   Deleted
ITEM1         27.2500        29.8409        .4113           .8345
ITEM2         27.2500        28.0227        .6151           .8157
ITEM3         27.4167        25.7197        .8217           .7933
ITEM4         26.9167        26.6288        .7163           .8046
ITEM5         26.9167        29.5379        .5603           .8223
ITEM6         27.2500        25.8409        .7764           .7975
ITEM7         27.3333        25.1515        .6784           .8078
ITEM8         27.2500        27.1136        .5679           .8204
ITEM9         26.8333        32.8788        .1866           .8482
ITEM10        27.0833       35.3561      -.1391           .8683
Reliability Coefficients
N of Cases =     12.0                    N of Items = 10
Alpha =    .8384
Dari output di atas bisa dilihat pada Corrected Item – Total Correlation, inilah nilai korelasi yang didapat. Nilai ini kemudian kita bandingkan dengan nilai r tabel, r tabel dicari pada signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi dan jumlah data (n) = 12, maka didapat r tabel sebesar 0,576 (lihat pada lampiran tabel r).
Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa untuk item 1, 5, 9 dan 10 nilai kurang dari 0,576. Karena koefisien korelasi pada item 1, 5, 9 dan 10 nilainya kurang dari 0,576 maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak valid. Sedangkan pada item-item lainnya nilainya lebih dari 0,576 dan dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut valid.
Sebagai catatan: analisis korelasi pada contoh kasus di atas hanya dilakukan satu kali, untuk mendapatkan hasil validitas yang lebih memuaskan maka bisa dilakukan analisis kembali sampai 2 atau 3 kali, sebagai contoh pada kasus di atas setelah di dapat 6 item yang valid, maka dilakukan analisis korelasi lagi untuk menguji 6 item tersebut, jika masih ada item yang tidak signifikan maka digugurkan, kemudian dianalisis lagi sampai didapat tidak ada yang gugur lagi.

 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimkVxv75GOxhRXgWcyT73UQSFxiYzsW5jWHvh2QObC-NAO9O9gVRm3B03qCSVLL4tZWwafUtkHUkceR-YNE-tHCFwB8uCavbfUWY3Y_siDqzgGe5t5O85inF3bRMNbJzN03M9HKJayyX8N/s800/bg_star.png