Era gadget
yang berbahaya dapat dikontrol dengan adanya komunikasi yang efektif.
Hal ini diwujudkan dengan membiasakan mendengar aktif apa yang
disampaikan anak–anak, memberikan pesan diri yang positif, serta berani
mengkritik diri sendiri. Mulailah dengan berdongeng, membangun suasana
bermain bersama dan kembali membudayakan permainan tradisional untuk
melawan pengaruh–pengaruh dari gadget tadi.
Demikian disampaikan Seto Mulyadi atau
yang akrab disapa Kak Seto, dalam Seminar Nasional “Great Gadget Great
Generation” dengan tema Penanggulangan Adiksi Gadget pada Anak &
Remaja dari Sudut Pandang Psikologi, Teknologi dan Agama yang
diselenggarakan Pogram Studi Magister Psikologi Profesi menggelar di
Aula Unisba Jalan Tamansari No. 1 Bandung, Kamis (12/5/2016). Seminar
ini diikuti 180 peseta yang terdiri dari mahasiswa Prikologi Unisba,
alumni, guru dan umum. Seminar ini merupakan lanjutan dari seminar
GaDGeT yang sebelumnya dilaksanakan pada tahun 2015 dengan menghadiarkan
pembicara Muhamad Nur Awaludin, S.Kom. (CEO Kakatu Team), Dr. H. Agus
Sofyandi K., Psikolog (Pakar Psikologi Islami) dan Dr. Seto Mulyadi,
Psi., M.Psi. (Pemerhati Anak, Ketua Dewan Pembina Komanas Perlindungan
Anak).
Lebih jauh Kak Seto mengungkapkan, anak
memiliki hak untuk belajar, karena semua anak senang belajar. Program
wajib belajar adalah program pemerintah, sedangkan masyarakat dan orang
tua harus menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, yang ramah tamah,
yang membuat anak termotivasi secara internal untuk belajar.
“Stop kekerasan pada anak baik di rumah
maupun di sekolah,” ajak Kak Seto. Orang tua harus menjadi idola bagi
anak–anaknya sendiri. Kunci sukses menghadapi anak adalah kreatif.
“Menciptakan lagu yang kreatif untuk putra dan putri kita. Tumbuhkan
dalam diri anak kita kepercayaan diri dan kedekatan kepada orang tua
serta tidak mudah terbelokkan oleh gadget”, ujar Kak Seto. Dia pun
yakin, jika orang tua kreatif maka anak pun akan menjadi kreatif, dan
yang tak kalah penting, didiklah anak dengan cinta.
Sementara itu Muhamad Nur Awaludin atau
yang akrab disapa Kang Mumu mengungkapkan, pada era digital gadget
sangat mudah di akses, bermain games juga dapat mudah di akses di
smartphone, bahkan juga dapat berimbas kepada pornografi.
“Misal seorang guru memberikan tugas
kepada muridnya untuk mencari gambar toge di Google, gambar yang keluar
pun bukan gambar toge yang anak–anak kenal, akan tetapi muncul gambar
toge yang berunsur pornografi”, ungkapnya.
Ia pun bercerita tentang pengalaman
pribadi yang membuatnya kecanduan gadget. Diawali dari
kurangnya perhatian orang tua, ayah yang suka pulang malam dan ibu yang
selalu pulang sore, kakak-kakak ada yang SMP, SMA bahkan ada yang
diluar kota yang membuat dia sendirian di rumah dan merasakan kesepian
dan tidak tahu harus melakukan apa. Akhirnya teman yang ada disekitar
rumah pun mengajak untuk bermain game yang awalnya hanya setengah jam,
sampai akhirnya jadi kecanduan.
Diakui Kang Mumu, kecanduan gadget
membuatnya kecanduan games dan pornografi. Setiap hari dia harus bermain
games dan mengakses pornografi. Jika tidak, dia bisa jadi sakau dan
tidak bisa tidur. Bahkan yang lebih parah akibat dari saya kecanduan
gadget, saya acuh dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar, bahkan
kepada ayah, ibu dan kaka – kakak pun saya tidak memperdulikannya
karena saya punya keluarga baru di games, ayah ibu baru di dunia games.
Saya sudah tidak bisa membedakan lagi mana dunia maya dan dunia nyata.”
ujar Kang Mumu.
Pada saat kehilangan kedua orangtunya
menjadi titik balik awal Kang Mumu sadar akan kekeliruannya, kecanduan
game dan pornografi hanya akan menyengsarakan hidupnya. Ia tak punya
siapa-siapa untuk menggantungkan bidup. Berbekal pengalaman yang
akhirnya menjadi sebuah keahlian dalam mengoperasikan gadget, Kang Mumu
akhirnya mengajak sembilan orang temannya membuat aplikasi yang mereka
sebut sebagai aplikasi “Kakatu”. Aplikasi kakatu ini berfungsi untuk
memblok aplikasi yang tidak kita kehendaki. Dengan adanya aplikasi ini
para orangtua dapat memblokir aplikasi yang biasa dimainkan anak-anak
mereka. Tujuannya, agar anak-anak tidak kecanduan games dan pornografi.
Aplikasi ini dapat di download gratis di Android. Dari aplikasi ini,
orang tua dapat memblok aplikasi dan situs yang tidak dapat diakses oleh
anaknya.
Dari sudut pandang agama Islam, Dr. Agus
Sofyandi Kahfi menilai kemajuan teknologi merupakan sarana muamalah
dalam berkehidupan, oleh karena itu Islam sangat membebaskan
perkembangannya.
“Islam tidak pernah menghalangi manusia
untuk meraih dan mengembangkan kemajuan hidup ini demi mencapai
nilai-nilai yang lebih baik dan martabat kehidupan manusia. Islam tidak
akan pernah mengharamkan kemajuan teknologi, teknologi yang canggih yang
kita manfaatkan.” Ujar Kang Agus.
Ia juga menambahkan, Islam sangat
menekankan dan menganjurkan agar umat manusia mau mengembangkan
kemampuan teknologi agar kehidupan ini dapat dikelola dengan baik.
Kemajuan teknologi dalam Islam tidak diharamkan. “Silakan gunakan!”
katanya. Dalam Islam, lanjut Kang Agus, penggunaan gadget akan
meningkatkan derajat kehidupan. Dampak negatif dari kemajuan teknologi
dalam sudut pandang Islam kembali pada diri masing-masing pengguna
teknologi tersebut. (Sari/Eki)
Sumber ! Klik
https://www.unisba.ac.id/index.php/en/logo/item/279-seto-mulyadi-komunikasi-efektif-dapat-mengontrol-pengaruh-buruk-gadget
0 comments:
Posting Komentar